Oleh: AZRUL ANANDA
Teman-teman semua, pendukung Persebaya di mana pun Anda berada. Kita tidak akan bisa jadi juara, kita tidak akan bisa mendunia, kalau kita tidak menuntaskan masalah yang satu ini.
Persebaya punya masalah sangat besar. Persebaya punya problem home.
Syukur Alhamdulillah, Persebaya kembali berada di papan atas Liga 1 2019. Posisi lebih baik dari 2018, jumlah poin lebih baik dari 2018. Bahagia? Tentu saja. Tapi dengan *syarat ketentuan berlaku.
Jangan lihat klasemen akhirnya saja. Harus bisa meneliti klasemen itu lebih baik. Kita pilah klasemen akhir, lalu kita bagi home saja, lalu away saja.
Klasemen yang home termasuk menyedihkan.
Persebaya ada di peringkat 8 klasemen. "Juara"-nya PSM, diikuti juara overall Bali United dan Arema FC di urutan ketiga.
Dari 17 pertandingan yang dihitung home, Persebaya memang hanya kalah sekali. Jauh lebih baik dari tahun lalu. Tapi, Persebaya hanya menang tujuh kali. Yang menyesakkan, Persebaya seri di kandang sembilan kali. Kebanyakan di awal musim, karena gol-gol lawan yang semestinya tidak terjadi (menit akhir, pergantian tidak siap, dll).
Dan ingat pula, kita tidak sepenuhnya main di home beneran, di Gelora Bung Tomo Surabaya. Kita main di GBT 14 kali, dua kalinya tanpa penonton. Tiga lainnya di Balikpapan, dengan rekor dua menang dan sekali seri.
Pada 12 game pertama di GBT itulah, kita seri delapan kali.
Teman-teman semua, pendukung Persebaya di mana pun Anda berada. Kita tidak akan bisa jadi juara, kita tidak akan bisa mendunia, kalau kita tidak menuntaskan masalah home ini.
Kita tidak mampu tampil maksimal di kandang? Urusan di lapangan, itu masalah tim. Silakan salahkan saya. Karena saya CEO-nya. Saya juga sudah menyampaikan maaf itu dalam pertemuan bersama Kapolrestabes dan teman-teman perwakilan suporter. Entah sudah tersampaikan ke semua atau tidak.
Tapi kemudian, kita tidak bisa main di kandang. Kenapa? Kita dan Anda semua tahu kenapa. Salah siapa? Sampai hari ini rasanya seperti tidak ada yang mau disalahkan. Dan sepertinya memang tidak ada yang salah. Wong tidak ada yang ditangkap meski telah melakukan perusakan.
Pokoknya salah Persebaya.
Mungkin ini hanya perasaan saya saja. Memang masih ada pihak-pihak yang tidak ingin melihat Persebaya sukses. Atau, masih ada pihak-pihak yang iri melihat kemajuan Persebaya. Atau, masih ada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dari Persebaya. Sehingga kalau mereka tidak hepi, kita semua tidak boleh hepi.
Teman-teman sekalian, penggemar Persebaya di mana pun Anda berada. Saya berbicara dengan beberapa suporter usai laga terakhir kemarin.
Pada dasarnya, banyak yang sadar, semua yang terjadi pada 2019 menjadi pelajaran untuk semua. Ada suporter yang bilang, denda bisa dibayar, uang bisa dicari. Tapi kebahagiaan mendukung langsung tidak bisa digantikan.
Plus, ada yang lebih mahal lagi: Reputasi dan nama baik juga tidak bisa dibeli. Percuma teriak "Kami sudah berubah" kalau masih ada kejadian. Percuma pasang spanduk "Kalah Kudukung Menang Kusanjung" kalau masih seperti ini.
Teman-teman sekalian, penggemar Persebaya di mana pun Anda berada. Denda Persebaya, hilangnya pemasukan (dan bertambahnya pengeluaran) karena hukuman, memang bisa dibayar dan dicari uangnya.
Walau mungkin, uang itu bisa dipakai membeli tanah, membangun fasilitas latihan, investasi bakat-bakat muda di Surabaya, sebagai landasan ke depan bagi klub yang sebenarnya baru saja hidup kembali ini. Atau, kalau memang tidak ingin Persebaya untung dan bikin hal-hal itu, bisa untuk membangun SEPULUH Panti Asuhan Bonek.
Jangan-jangan, ini sudah bukan lagi untung atau rugi. Jangan-jangan, ini sudah masuk ranah dosa atau tidak.
Teman-teman sekalian, penggemar Persebaya di mana pun Anda berada. Kita punya problem home. Lebih dari sekadar yang terlihat di analisis klasemen.
Tahun depan, kita harus menemukan solusi untuk problem home ini. Baik yang di lapangan maupun yang di tribun. Dan banyak di antaranya ada di luar ranah kerja tim dan manajemen.
Teman-teman sekalian, penggemar Persebaya di mana pun Anda berada. Alangkah indahnya kelak, kalau Persebaya ini jadi juara yang benar-benar People's Champion. Tim optimal/maksimal di lapangan, secara perusahaan sehat dan sustainable, dan pendukungnya lebih dari sekadar fanatik. Yaitu fanatik positif, bukan fanatik yang merugikan masyarakat Surabaya dan Indonesia.
Terima kasih 2019. Kepala harus tetap menempel di leher, kedua kaki tetap menginjak bumi. Bismillah 2020 auranya positif, dan kita tidak lagi punya problem home. (azrul ananda)