Presiden klub Persebaya, Azrul Ananda saat memberikan pengarahan kepada penggawa Persebaya, Sabtu (27) lalu. (Persebaya)

Demi Menjaga Aset

Oleh: AZRUL ANANDA

 

 Seluruh pemain dan ofisial Persebaya sudah dua kali menjalani swab test untuk mendeteksi virus Covid-19. Pertama atas inisiatif klub sendiri, pada 27 Agustus lalu, saat tim mulai berkumpul lagi bersiap menghadapi kelanjutan liga. Yang kedua Sabtu lalu, 26 September, untuk menuruti prosedur dari liga, hanya beberapa hari sebelum pertandingan kembali diselenggarakan.

 Saya pribadi juga sudah dua kali swab test. Pertama inisiatif sendiri bersama keluarga, mengingat saya masih punya kesibukan dan bertemu dengan banyak orang. Sekaligus untuk menjaga lingkungan sendiri, khususnya dengan orang tua kami yang sudah berusia.

 Pada tes kedua Persebaya, saya juga ikut. Saya ingin memastikan timeline saya sama dengan seluruh pemain dan ofisial. Karena saya berasumsi, ketika liga berlangsung, saya juga akan banyak berinteraksi lagi dengan mereka. Jadi saya punya niatan pribadi, kalau Persebaya tes, saya akan ikut juga bersama mereka.

 Kebetulan, tes kedua 26 September itu memang prosedur dari liga. Layanan tes pun dikoordinasikan oleh liga. Bukan dari kami sendiri. Menurut saya ini baik supaya database seluruh peserta liga ada di tempat yang sama.

 Kebetulan lagi, Persebaya hari itu adalah tim pertama yang menjalaninya. Mungkin Anda semua ingat, menurut jadwal awal, Persebaya seharusnya main duluan pada 1 Oktober, bermain di Sleman. Bahwa kemudian jadwal berubah dan Persebaya tidak lagi main pertama, ternyata tidak mengubah jadwal swab test-nya. Persebaya tetap tes duluan sebelum tim-tim lain.

 Pada hari yang sama dengan tes itu, saya menekankan kepada seluruh pemain dan ofisial, bahwa kita harus benar-benar menjaga diri. Terserah percaya atau tidak, virus ini ada. Dampaknya kita tidak bisa tahu seperti apa pada orang yang berbeda. Dan momen dimulainya kompetisi adalah momen yang saya paling takuti. Kita mungkin sudah berusaha disiplin dan punya protokol lebih baik dari kebanyakan tim, tapi apa jaminan tim lain punya komitmen dan protokol sama?

 Ini bukan musim New Normal. Ini musim tidak normal. Dan tidak akan menjadi musim yang normal sampai berakhir.

 Bahwa kita termasuk punya protokol saja ternyata bukan jaminan. Walau tim berusaha menjaga diri, tidak ada jaminan pemain dan ofisial kami terbebas aman dari "dunia luar." Karena tetap ada aktivitas harian yang mungkin bisa menjadi penyebab. Apa pun itu. Sekecil apa pun.

 Apa yang saya khawatirkan ternyata langsung terjadi. Minggu setelah tes (27 September), saya dilapori kalau empat pemain dan dua ofisial kami dinyatakan positif.

 Tim kami berkoordinasi dengan liga. Kalau sudah begini, kami harus bagaimana. Apa prosedur berikutnya. Yang kami tangkap, sepertinya masih belum ada prosedur yang jelas harus bagaimana. Tapi para pemain dan ofisial yang positif akan menjalani tes lagi dalam beberapa hari kemudian. Jadwalnya jatuh pada Rabu, 30 September.

 Sambil menunggu, kami menerapkan protokol sendiri. Memastikan pemain dan ofisial yang positif mendapat support dan perhatian khusus. Sambil menunggu tes selanjutnya, dengan harapan hasilnya baik.

 Pada saat yang sama, kami pun bertanya ke liga. Apakah kami harus mengumumkan hasil kurang menyenangkan ini. Sekali lagi, kami menangkap belum ada prosedur atau protokol jelas soal ini.

 Kalau mengacu ke liga-liga dan olahraga lain di luar negeri, rata-rata langsung dengan cepat mengumumkan hasilnya. Bahkan menyebutkan nama-nama yang positif itu. Karena itu memang yang terbaik, demi transparansi dan keselamatan orang lebih banyak.

 Karena kami mendapatkan jawaban "Terserah Persebaya," kami pun memutuskan mengumumkannya. Walau tidak menyebut nama sebelum hasil tes kedua benar-benar mengkonfirmasi hasil positif itu.

 Kami memutuskan untuk mengumumkan itu untuk menjadi peringatan bagi pemain-pemain dan ofisial yang lain. Bahwa kita harus selalu waspada dan siaga, dan selalu disiplin. Juga kepada tim-tim lain, supaya jangan sampai mengalami apa yang dialami Persebaya. Supaya jangan pernah meremehkan dampaknya.

 Eh, ndilalah, pada momen yang sama keluar pengumuman kalau liga diundur. Semua yang kami khawatirkan selama berbulan-bulan, dan sudah kami sampaikan secara konsisten berbulan-bulan, kini menjadi kenyataan.

 Tolong jangan tanya saya, atau tanya kami, kapan liga akan berlanjut lagi. Itu urutan kesekian di kepala saya sekarang. Kami sudah menunjukkan, walau kami termasuk paling keberatan, kami juga yang paling komit menyiapkan diri. Seluruh tim kami masih komplet kembali, termasuk empat pemain asing. Kami sudah siap melanjutkan lagi liga ini, walau penuh perasaan tidak nyaman dan kekhawatiran.

 Bagi saya, dan manajemen tim, yang paling utama sekarang adalah empat pemain dan dua ofisial yang dinyatakan positif itu.

 Karena ada kabar lanjutan lagi. Setelah liga dinyatakan mundur, ternyata layanan tes lanjutan yang dijanjikan liga ternyata dibatalkan. Tapi kami tidak ingin tes itu batal. Kesehatan dan keselamatan personel kami adalah yang utama. Jadi, kami memutuskan untuk tetap mengurus sendiri pemain dan ofisial kami yang positif itu. Kami tetap melanjutkan prosedur tes itu sendiri.

 Semoga hasilnya baik. Kalaupun ternyata masih atau tetap positif, ya kami akan melakukan langkah lanjutan untuk memastikan mereka terjaga dan segera pulih. Mereka aset utama Persebaya. Kalau saya yang sakit, saya tidak main di lapangan. Kalau mereka yang sakit, tidak bisa main di lapangan, kita semua yang sakit.

 Sampai tulisan ini dibuat, saya belum tahu seperti apa hasil yang didapatkan seluruh klub Liga 1. Bagi yang negatif semua, syukurlah. Semoga bisa terus menjaga diri supaya tidak sampai terbentur masalah. Bagi yang mengalami seperti Persebaya, semoga bisa ikut mengatasinya dengan baik.

 Para pemain (dan ofisial) itu bukan sekadar aset klub atau liga. Mereka itu aset Indonesia. (azrul ananda)

 

BERITA LAINNYA