Matanya Sembab. Hidungnya tampak memerah. Kebahagiaan dan kebanggaan terpancar jelas dari wajah Hansamu Yama Pranata saat meninggalkan lapangan Stadion Gelora Bung Tomo kemarin sore (3/4).
Ya, tangis bahagia Yama pecah. Saat menyanyikan Song for Pride bersama lebih dari 50 ribu Bonek yang memenuhi stadion saat Bajol Ijo melawan Madura United. Sejak debut pada 16 Februari Yama selalu menangis bahagia di GBT. Persebaya selalu menang.
Dalam laga kemarin, bersama Otavio Dutra, Yama berhasil mematikan duet penyerang Madura United Aleksandar Rakic-Beto Goncalves. Rakic yang merupakan top scorer musim lalu, tidak mampu lepas dari penjagaan Yama.
”Persebaya klub idola saya sejak kecil. Saya begitu bahagia dan bangga bisa bermain disini, menang bersama Persebaya,” kata Yama tentang alasannya menangis setiap kali menyanyikan Song for Pride di GBT.
Yama yang asli Mojokerto adalah salah satu kisah sukses Bonek yang jadi pemain. Semasa kecil, dia sudah nonton Persebaya. Bersama ayah maupun teman-teman sekampungnya.
Kecintaan pada Persebaya pula yang kemudian membuat dia bersemangat berlatih sepak bola. Sampai pada akhirnya bermain di kompetisi internal Persebaya. ”Pabrik” pemain Persebaya itu kemudian mengantarkan dia menembus skuad timnas Indonesia pada Piala AFF U-19 2013. Saat itu, Yama mengantarkan timnas kampiun.
Yama bersyukur, akhirnya bisa berlabuh di Persebaya musim ini. Sejak awal, dia langsung nyaman dengan kondisi Persebaya. Tinggal di apartemen bersama seluruh pemain, baik yang lokal maupun asing. Baik yang senior maupun junior.
”Suasana tim sangat harmonis, semua kompak, rasa kekeluargaan sangat terasa,” ungkapnya. ”Semua saling support, tidak ada gap antara pemain dengan ofisial maupun pelatih. Kondisi ini sangat bagus buat tim,” imbuhnya.
Dengan kehebatan skill dan kepribadiannya yang jempolan, Yama bisa memiliki karir yang sangat panjang bersama Green Force. Seperti Yama yang berarti gunung. Teruslah kokoh menjadi benteng pertahanan Persebaya. Wani…! (*)