Bukan puluhan kilometer. Tapi ratusan kilometer. Itu jarak yang sudah ditempuh Deni dengan bersepeda untuk bisa bertemu pemain Persebaya. Dari tiga kali percobaannya menuju Surabaya dari rumahnya di Desa Bawal Sabu, Mataram, Lombok Barat.
Bahwa Deni sudah tiga kali berusaha ngontel ke Surabaya dibenarkan oleh orang ayahnya, Nyoman Sukade. Saat Persebaya.id berkunjung ke rumahnya kemarin (10/5). ”Pada percobaan sebelumnya Deni bahkan sudah sampai di Ketapang, Banyuwangi,” kata Nyoman. ”Yang sampai Klungkung kemarin adalah yang ketiga. Dan semoga yang terakhir, membahayakan,” lanjutnya.
Deni dan Nyoman tadi malam sudah sampai di Surabaya. Tidak lagi ngontel, namun naik pesawat. Mereka diundang manajemen Persebaya untuk menonton pertandingan uji coba Persebaya vs Persela malam nanti.
”Semoga dengan bisa menonton Persebaya langsung, anak saya tidak lagi berusaha ngontel ke Surabaya. Berbahaya,” harap Nyoman.
Kapan Deni jatuh cinta pada Persebaya? Semua berawal ketika Persebaya away ke Stadion 17 Desember melawan PSKT Sumbawa Barat pada 23 Desember lalu. Dalam babak 64 besar Piala Indonesia itu, Green Force menang 4-2.
Irfan Jaya mencetak dua gol. Itulah yang membuat sosok yang akrab disapa IJ itu menjadi pemain yang diidolakan Deni.
”Pertama kali menonton Persebaya secara langsung saya langsung suka," kata Deni tentang kapan mulai merasa menjadi Bonek.
Anak berusia 12 tahun kelas 6 SD itu begitu takjub saat masuk Stadion 17 Desember. Ratusan Bonek berpakaian warna hijau memenuhi stadion. Itulah pertandingan terbesar yang dia saksikan.
Bahkan, saat berinteraksi dengan Bonek, Deni merasa menemukan keluarga baru. ”Kakak-kakak Bonek semuanya baik, saya seperti menjadi bagian dari mereka,” kenang Deni.
Bagas, perwakilan dari Bonek Lombok mengiyakan pernyataan Deni. "Waktu itu tiba-tiba dia gabung dengan teman-teman dari Surabaya bahkan langsung akrab," ungkap Bagas.
Mahasiswa jurusan Kehutanan ini juga menceritakan kenekatan Deni sudah mulai terlihat setelah pertandingan. "Mungkin karena nyaman dengan teman-teman dari Surabaya, sehingga saat mereka pulang Deni minta ikut," imbuhnya.
Bagas menambahkan saat itu bahkan Deni sempat mengaku kepada salah satu media cetak lokal bahwa dirinya Bonek yang berasal dari Surabaya dan meminta bantuan untuk dipulangkan.
Nyoman, ayah Deni, juga mendapati anaknya menjadi Bonek sejak pulang nonton di Stadion 17 Desember. ”Sejak saat itu dia sudah menjadi Bonek, dan bercita-cita untuk ke Surabaya bertemu Irfan Jaya,” ungkapnya.
Sejak saat itu, hari-hari tidak pernah lepas dari hal tentang Persebaya. ”Deni memang suka menggambar, tapi akhir-akhir ini dia sering menggambar logo Persebaya untuk dijadikan poster di kamarnya," terang ibunda Deni, Nyoman Arianti.
Selain itu Deni juga menunjukkan gejala ”kenekatan” dengan jalan kaki menuju ke salah satu pusat perbelanjaan yang jaraknya 4 Km dari rumah. Deni pergi ke salah satu gerai untuk mengisi flashdisk-nya dengan lagu tentang Persebaya. ”Lagu tersebut diputar setiap hari hingga seisi rumah ikut hafal dengan semua lagu-lagu tersebut,” beber Arianti
Menjadi Bonek itu tidak mudah, pun demikian dengan Deni. Dia sering dicibir teman-temannya. Bahwa keinginan bertemu Irfan Jaya dan nonton Persebaya langsung adalah mimpi di siang bolong. ”Sejak saat itu saya makin ingin membuktikan bahwa saya Bonek dan bisa bertemu dengan Irfan Jaya bagaimana pun caranya," kata Deni berapi-api. (bersambung)