Asa tinggi kini digantung di pundak Persebaya dan Bonek. Agar turut serta melawan penyebaran Covid-19 di Surabaya Raya. Yang, semua tahu. Saban hari, bukannya melandai tapi terus meninggi. Data Gugus Tugas Covid-19, Surabaya masuk empat besar jumlah kasus positif.Di bawah Jakarta Pusat, Makassar dan Jayapura.
Maaf. Untuk kematian. Surabaya juaranya. Berdasarkan jumlah per 100 ribu penduduk, kematian di Surabaya tercatat 17,80. Disusul Banjarmasin 16,27, Manado 14,58, Palangkaraya 12,33 dan Jakarta Pusat 12,27. Jumlah kematian ini tak sekedar deretan angka. Oleh BNPB, ini menjadi penentu di zona mana suatu daerah. Hijau, Kuning atau Merah. Dan, semua tahu, dimana posisi Surabaya saat ini.
Karena itu, pada Persebaya dan Bonek, harapan itu digantungkan. Memoles kembali wajah Surabaya. Jadi hijau seperti halnya warna kebanggaan Persebaya. Harapan itu disampaikan langsung dua jenderal penguasa wilayah di Jatim. Pangdam Mayjen Widodo Iryasyah dan Kapolda Jatim, Mayjen Pol M Fadil Imran. Di kantor Persebaya. Di depan Presiden Azrul Ananda dan koordinator tribun, Selasa (7/7). Acara kemudian ditutup dengan deklarasi bersama; Bonek Wani Lawan Covid-19 Hijaukan Surabaya.
Agak aneh juga, kenapa Persebaya dan Bonek yang digandengan dalam tugas besar ini. Bukankah, ada institusi resmi, perwakilan pemerintah pusat di Jatim dan Surabaya. Tapi, ehmm. Sudahlah. Biar itu menjadi rahasia BNPB saja. Ya, BNPB ini yang miliki gagasan menggandeng Persebaya dan Bonek. Diperintah langsung oleh kepalanya, Letjen TNI Doni Monardo.
Seperti kata presiden Persebaya, ini menjadi kehormatan sekaligus tantangan. Kehormatan, karena belum pernah ada kasus klub dan supporter diajak serta dalam tugas besar seperti ini. Tak hanya di Indonesia, bahkan di dunia. Tantangannya, bagaimana membuktikan harapan itu menjadi kenyataan.
Lihat jejak rekam. Harusnya kita tak perlu risau. Bonek sudah teruji dalam tugas-tugas kemanusian. Bahkan, sampai miliki unit tersendiri; Bonek Disaster Respons Team. Tugasnya, ya riwa riwi urus tugas-tugas kemanusian. Baik di wilayah bencana maupun lingkungan sekitar.
Masalahnya, musuh yang dihadapi sekarang ini tak terlihat bentuknya. Tak bisa dirasakan. Tahu-tahu seseorang sudah dinyatakan terpapar. Bahkan, pada orang yang masih terlihat segar bugar. Ini yang membingungkan. Dikatakan sakit tapi orangnya masih bisa jalan-jalan. Layaknya orang tak sakit. Ini pula yang kadang membuat orang tak percaya pada virus ini. Jangan-jangan ini hanya akal-akalan. Konspirasi kata Jerix. Entahlah.
Yang pasti, Surabaya tak lagi hijau dibuatnya. Apakah kita akan diam saja? Tentu saja tidak. Ini justru menjadi ladang amal. Melengkapi kerja-kerja kebaikan yang telah dirangkai selama ini. Yang telah dilakukan di jalan sunyi. Tanpa tepuk tangan dan gegap gempita dari media.
Pun demikian kerja besar ini. Mari kita tuntaskan tanpa harus banyak berkoar-koar. Kerja nyata. Darimana? Dimulai dari diri sendiri. Ketat mendisiplinkan diri. Pakai masker, rajin cuci tangan dan selalu jaga jarak. Langkah kecil ini mungkin terlihat tak berarti. Tetapi, jangan salah. Jika semua bonek di Surabaya melakukannya, dampaknya pasti akan luar biasa.
Percayalah. Langkah kecil itu sangat berarti untuk kembali menghijaukan kota tercinta ini. WANI (ram surahman)