PSIS Semarang tak ubahnya
pengingat bagi Persebaya Surabaya. Di Liga 2 kelak, terutama saat main di kandang,
tim berjuluk Green Force itu mesti bersiap menghadapi lawan-lawan yang bahkan
bakal tampil lebih defensif lagi.
Lalu, kalau melawan PSIS yang
penguasaan bolanya cuma beda 10 persen saja Persebaya kesulitan mencetak gol,
bagaimana saat menghadapi tim-tim yang sepanjang 90 menit bakal "memarkir
bus?" Itulah pertanyaan yang harus dijawab pelatih Persebaya Iwan Setiawan
dalam sisa sekitar sebulan sebelum kickoff Liga 2.
"Melawan PSIS, kami tidak cepat
panas di babak pertama. Prinsip bermain para pemain dengan tampil di bawah
dukungan puluhan ribu penonton seperti itu belum mencapai level yang
diinginkan," kata Iwan kemarin (20/3).
Sebagaimana diketahui, Persebaya
hanya menang 1-0 di laga bertajuk Homecoming Game di Stadion Gelora Bung Tomo,
Surabaya, Minggu lalu (19/3) tersebut. Padahal, sejak menit ke-74, PSIS harus
bermain dengan 10 pemain setelah Taufik Hidayat menerima kartu kuning kedua.
Padahal juga, PSIS tak bisa dibilang
sepenuhnya "parkir bus". Mereka mencatat 45 persen penguasaan bola. Sedangkan
total tembak an (14) tim asuhan Subangkit itu hanya berselisih satu dibandingkan
tuan rumah (15).
Dalam laga yang disaksikan 55 ribu
penonton itu, Persebaya bermain dengan pola favorit Iwan selama ini: 4-2-3-1.
Namun, kegugupan karena untuk kali pertama bermain di hadapan puluhan ribu
pendukung sendiri membuat gempuran via kedua sayap, Oktafianus Fernando dan
Thaufan Hidayat, tak berjalan maksimal.
Akibatnya, suplai bola ke depan
pun minim, terutama di babak per tama. Bijahil Chalwa yang menjadi starter di
posisi target man pun hanya mencatat satu shot on goal. Penggantinya, Rachmat
Afandi, malah tidak sama sekali. Kecuali tembakannya yang sejatinya membobol
gawang PSIS tapi tak disahkan karena wasit Prasetya Hadi meniup peluit akhir
beberapa detik sebelumnya.
Lalu, apakah Iwan akan menjajal
bermain dengan dua striker saat bertemu lawan yang defensif lagi? Iwan tegas
menampik. "Formasi utama (4-2-3-1) saja belum sempurna. Kami tidak ingin bertambah
pusing dengan coba-coba memainkan formasi kedua," katanya.
Dengan pola 4-2- 3-1, otomatis
Persebaya harus punya target man mumpuni. Persoalannya, bagaimana kalau Silwa
- sapaan akrab Iwan kepada Bijahil Chalwa- tak kunjung membaik performanya dan
Fandi tengah out of form atau cedera?
Memang masih ada Irfan Jaya.
Tapi, mantan penyerang timnas U-21 itu bertipe second striker. Saat dijamu PSIS
di Semarang (12/3), Irfan juga sudah dijajal sebagai target man. Beberapa
peluang one-on-one gagal dimanfaatkannya ketika itu.
Iwan bukannya tidak pernah
menjajal pola dua striker: 4-3-1-2. Di Dirgantara Cup lalu, dua kali Green
Force menerapkannya. Saat menang tipis 1-0 atas Persbul (2/3) dan ketika keok
1-2 oleh Cilegon United (4/3).
"Kami belum beradaptasi dengan
formasi 4-3-1-2 dan kerap kecolong an saat lawan menyerang dari sektor sayap,"
kata Misbakhus Solikin, gelandang Persebaya. Tentu masih ada waktu bagi Iwan
untuk mengutak-atik pilihannya lagi.
Sebagaimana yang dilakukan nya di
lini tengah. Dia bahkan mengombinasikan tiga double pivot dalam Homecoming
Game: Sidik Saimima- Ridwan Awaludin, Sidik Saimima-Solikin, dan Solikin-Rendi Irwan.
Di depan, Iwan juga mengisyaratkan masih akan berjuang sekuat tenaga agar
Chalwa bisa segera menemukan performa terbaiknya. Sebab, dia sadar, mustahil
hanya mengandalkan Afandi untuk bertarung di Liga 2.
"Kami hanya bisa memberikan
Silwa untuk berkembang lebih baik. Sisanya terserah dia," kata nya.
(io/c17/ttg)
<
Story provided by Jawa Pos
<