PERSEBAYA Surabaya memang sukses
membukukan kemenangan pada laga Homecoming Game mereka. Namun, sejumlah
evaluasi tetap harus dilakukan. Sebab, kemenangan tipis 1-0 (0-0) atas PSIS
Semarang di Gelora Bung Tomo (GBT) kemarin (19/3) dinilai belum terlalu
memuaskan.
Pelatih Persebaya Iwan Setiawan
mengakui hal itu. Menurut dia, timnya harus memperbaiki kinerja saat menghadapi
tim dengan karakter compact defense seperti PSIS. "Kami kesulitan melawan tim
yang mengusung pakem bertahan seper ti mereka (PSIS). Soalnya, ada lima pemain
belakang mereka yang menghadang saat kami menyerang," kata Iwan.
Meski demikian, Iwan tetap
mengapresiasi kerja keras pasukannya. Menurutnya, ada sisi positif yang bisa dipetik
dari laga kemarin. Yakni, spirit pantang menyerah dan mental ber tanding yang
makin kuat. Apalagi ini adalah laga home perdana Persebaya. "Inilah pentingnya
pertandingan uji coba," tuturnya.
Pelatih PSIS Subangkit memberikan
penjelasan soal strategi timnya. "Sebenarnya formasi kami adalah 3-4-3. Namun,
saat bertahan, dua bek sayap juga ikut turun. Itulah yang membuat kami seakan
main lima bek," terangnya.
Meski hanya berlabel uji coba,
duel kedua tim tetap berlangsung ketat. Bahkan, PSIS harus bermain dengan
sepuluh pemain sejak menit ke-74. Itu terjadi setelah pemain belakang Taufik
Hidayat menerima kartu merah.
Tensi laga semakin tinggi ketika
wasit Prasetyo Hadi menunjuk titik putih pada menit ke-81 lantaran Irfan Jaya
dilanggar di kotak terlarang. Nah, dalam momen yang sangat krusial itu, ribuan
Bonek dibuat sport jantung. Pasalnya, yang bertugas sebagai algojo adalah
Rachmat Irianto.
Padahal, pemain yang akrab di
sapa Rian tersebut masih tergolong belia. Ya, Rian yang sejak pertengahan babak
kedua menjadi kapten baru berusia 17 tahun. Nah, kecemasan itu berubah menjadi
euforia. Rian dengan tenang mengecoh kiper PSIS Aji Bayu Putra. Gol tersebut
sekaligus menjadi penentu kemenangan Green Force, julukan Persebaya.
"Saya sadar pertandingan hari ini
(kemarin, Red) sangat penting. Apalagi, kami di tonton puluhan ribu Bonek,"
kata Rian setelah pertandingan. "Gugup pasti ada. Makanya, saya langsung saja
tendang sesaat setelah wasit tiup peluit," ujar anak sulung mantan libero
Persebaya Bejo Sugiantoro itu.
Iwan sendiri punya alasan memilih
Rian sebagai algojo. Menurut dia, Rian memang sudah disiapkan sebagai eksekutor
kalau ada penalti. Pilihan tersebut di ambil berdasar hasil latihan terakhir
Sabtu lalu (18/3). Dari dua kesempatan penalti, Rian selalu sukses.
"Secara mental, dia termasuk yang
paling siap. Lagi pula, kami harus beradaptasi dengan sepak bola modern di mana
pemain muda juga layak diberi kepercayaan besar," ucap Iwan. (io/c9/bas)
<
Story provided by Jawa Pos
<