Tulisan ini adalah serial bersambung. Baca tulisan sebelumnya di sini

Inspirasi dari kunjungan awal ke sepakbola akar rumput Spanyol adalah bagaimana mereka menjadikan partisipasi sebagai “nyawa” pembinaan sepakbola. Hal ini menjadi makin konkret, ketika kami mengunjungi klub kasta bawah di seputaran Catalunya.

Nyawa Partisipasi

CE Europa adalah klub Catalan yang berbasis di distrik Vila de Gracia. Distrik di Kota Barcelona mungkin selevel dengan kecamatan di Indonesia. Klub legendaris yang berdiri tahun 1907 ini termasuk salah satu dari 10 pendiri La Liga, bersama FC Barcelona dan RCD Espanyol.

Europa bermain di kasta tertinggi selama tiga musim La Liga perdana. Masa kejayaan berikutnya adalah di era 1960-an saat mereka bermain lima musim berturut-turut di La Liga kasta ke-2. Saat ini, Tim A mereka berpetualang di Segunda Federacion (kasta ke-4). Sedangkan Tim B-nya bertarung di Tercera Federaction (kasta ke-5).

Kemegahan sejarah klub langsung terpancar saat langkah kami memasuki Nou Sardenya, markas Europa. Stadion semenjanana berkapasitas 4000 orang ini membisikkan geliat partisipasi bersepakbola anak-anak Vila de Gracia. Dari pukul 4 sore hingga 9 malam, ratusan anak berjibaku dengan gembira ria merayakan keindahan permainan sepakbola.

Klub biru putih ini memiliki dua program pembinaan (Futbol Base). Pertama, program rekreasi yang sajikan latihan seminggu 2 kali plus satu game internal. Kedua, program formatif yang sajikan latihan 3-4 kali plus satu game kompetisi resmi. Total dari 2 program tersebut terdapat lebih dari 1500 pemain. Pemain itu terbagi ke 43 tim yang berlatih di Nou Sardenya dan Camp L’Aliga

Ramon, Direktur Pembinaan Sepakbola Europa menjelaskan bahwa geliat partisipasi adalah nyawa. Iuran anggota membiayai operasional hingga Tim Utama. Di samping itu, mereka juga andalkan pemasukan sponsor lokal, kantin dan toko merchandise. Urusan toko ini bikin takjub. Anda bisa kunjungi toko online mereka di https://botiga.ceeuropa.cat./ Tak sebagus Persebaya Store, tapi untuk klub kasta ke-4 tentu luar biasa.

Situs Toko Online EUROPA

 

Laboratorium Pelatih

Klub berikutnya yang kami kunjungi adalah Can Vidalet, klub liliput yang terletak di Esplugas de Llogregat, selatan kota Barcelona. Klub afiliasi dari Ekkono (mitra Persebaya Future Lab) ini bermain di Liga Ellite Regional alias kasta ke-6. Sedangkan tim B mereka bermain di Liga Tercera Regional alias kasta ke-8. Mereka bermarkas di Camp Mundial D’Esports El Moli.

Meski tak sebesar Europa, angka partisipasi Can Vidalet cukup mencengangkan. Total lebih dari 700 pemain yang terbagi ke 27 tim. Tiap sore hingga malam, stadion mungil Can Vidalet disesaki ratusan pemain. Tiap sesi, ada 8-12 grup latihan kecil dengan menu beragam. Pemain mengikuti latihan intensif penuh kontak dengan keceriaan.

Can Vidalet ini ibarat “sekolah pelatih”. Kasta klub gurem tak menyurutkan mereka mencetak pelatih hebat di top level. Fran Rubio salah satunya. Pria setengah baya yang kini menjadi Direktur Metodologi dan Pelatih Tim Utama Can Vidalet pernah lama bekerja di Paris St. Germain. Ia selalu kembali ke Can Vidalet di saat vakum. “Can Vidalet adalah laboratorium pelatih” ujarnya.

Tak cuma Fran yang menjadikan Can Vidalet sebagai “rumah” mereka. Tercatat nama tenar seperti Oscar Garcia  yang kini melatih HJK Helsinki, Pol Delonder di Timnas Serbia U19 atau Cesar del Pozo yang bekerja di RCD Espanyol. Mereka memulai karir melatih dengan belajar di Can Vidalet dan kembali untuk terus mengasahnya di jeda kompetisi.

Tak heran metodologi kepelatihan menjadi keunggulan Can Vidalet. Sulit membayangkan klub kasta ke-6 memiliki Metodologi Kepelatihan sangat komprehensif. Ada empat pilar yang dikedepankan. Yakni: permainan, persepsi, pertanyaan dan konsep. Singkatnya pemain mulai belajar dari permainan, lalu dirangsang untuk selalu melihat (persepsi). Dari apa yang dilihat, diajukanlah berbagai pertanyaan kunci. Agar pemain menemukan konsep secara mandiri.

 

4 Pilar Metodologi Can Vidalet

Persebaya Future Lab juga mengunjungi berbagai klub gurem lainnya. Ada Cornella yang bermain di kasta ke-4, lalu L’Hospitalet yang bermain di kasta ke-5. Kedua klub gurem ini sangat konsisten memproduksi pemain muda. Cornella misal adalah klub asal Jordi Alba dan David Raya. Sedangkan, L’Hospitalet terakhir berhasil menelurkan Arnau Martinez, bek kanan Girona FC.

Semua klub yang kami kunjungi memiliki karakteristik keunggulan tersendiri, tetapi ujungnya terdapat berbagai kesamaan. Pertama, semua menjadikan partisipasi sebagai fondasi. Tak satupun klub tersebut memiliki sedikit pemain. Kedua, tak satupun juga yang melakukan deseleksi dini. Alias mencoret pemain yang dianggap tidak berkualitas. Pemain tetap dibina dan dipertahankan dalam struktur pembinaan mereka.

 

Gedung Pencakar Langit

Perilaku klub di Spanyol mengingatkan saya  pada paparan Jorg van der Breggen, anggota UEFA Grassroot Panel. Jorg mempertanyakan konsep piramida pembinaan olahraga. Sebuah konsep populer di dunia olahraga. Dimana untuk dapatkan atlet elite, dibutuhkan partisipasi masif di usia dini. Ssaat usia beranjak terjadilah deseleksi, sehingga makin sedikit yang bertahan. Mereka yang bertahan hingga usia senior itulah atlet elit.

Jorg mempermasalahkan deseleksi dini pada konsep piramida pembinaan. Hal yang berakibat banyaknya anak berhenti dan keluar dari ekosistem pembinaan. Problemnya, proses deseleksi sering bias usia relatif. Dimana pemain yang lahir di semester kedua (Juli-Desember) akan cenderung tidak terpilih. Bukan karena lebih jelek, tetapi kelihatan lebih jelek akibat mereka lebih muda 5-11 bulan.

Model Gedung Pencakar Langit

Di paparannya berjudul “Building an Evidence Youth Development Programme”, Jorg menawarkan model pembinaan Gedung Pencakar Langit sebagai alternatif. Ibaratnya dalam sebuah gedung pencakar langit terdapat lantai yang melambangkan usia. Di tiap lantai (usia), terdapat banyak kamar yang melambangkan level.

Jika di model piramida, banyak partisipan harus berhenti. Di konsep gedung pencakar langit, atlet terus berpartisipasi sesuai levelnya meski usia terus bertambah. Inilah inspirasi terbesar dari model pembinaan klub Spanyol. Menjadikan partisipasi sebagai fondasi, lalu terus memeliharanya agar “tetap berada di di dalam gedung”. Sebanyak-banyaknya, selama-lamanya untuk sebaik-baiknya!


-bersambung-


Ganesha Putera
Kepala Persebaya Future Lab

Populer

Dari Piramida ke Gedung Pencakar Langit
Gagal Raih Poih Penuh di Kandang
Gol Rivera Bawa Persebaya Unggul
Ketika Partisipasi Membiayai Prestasi!
Kalahkan PSM, Persebaya Teruskan Tren Kemenangan
Tidak Ada Gol Tercipta di Babak Pertama