PARTAI Gerindra dan Partai Amanat
Nasional (PAN) terus mencari tokoh-tokoh yang dianggap layak diusung sebagai
calon gubernur (cagub). Kemarin dua partai yang bergabung dalam koalisi Jatim
Emas itu menemui Presiden Persebaya Azrul Ananda. Mereka bermaksud melamar
Azrul untuk maju dalam pemilihan gubernur (pilgub) Jatim.
<
Pentolan koalisi Jatim Emas yang
kemarin bertemu Azrul adalah Sekretaris DPD Gerindra Jatim Anwar Sadad dan
Bendahara DPW PAN Jatim Agus Maimun. Dalam pertemuan di ruang rapat DBL, Graha
Pena, itu, Azrul didampingi redaktur Metropolis Firzan Syahroni.
<
Sadad menjelaskan, partainya
telah melakukan survei internal untuk mencari calon pemimpin Jawa Timur. Di
antara sekian banyak nama yang disurvei, muncul tiga nama alternatif yang
dianggap memiliki elektabilitas dan popularitas tinggi. Yakni, Agus Harimurti
Yudhoyono (AHY), Emil Elestianto Dardak, dan Azrul Ananda. "AHY tidak mungkin
kami usung karena representasi Partai Demokrat. Emil sudah digandeng Bu
Khofifah. Karena itu, kami datang menemui Mas Azrul," kata Sadad.
<
Menurut dia, partainya ingin
mengusung calon yang benar-benar fresh dan tidak memiliki dosa politik. Sebab,
Gerindra meyakini bahwa warga Jawa Timur sudah jenuh dengan nama tokoh-tokoh
lama. "Nah, Mas Azrul ini merepresentasikan generasi milenial yang kami anggap
layak untuk diusung dalam pilgub. Ini survei yang berbicara lho, bukan kami,"
tegas Anwar.
<
Maimun menambahkan, Azrul
terbukti sukses mengangkat dunia basket melalui DBL. Azrul juga berhasil
mengantarkan Persebaya menjadi juara Liga 2 dan masuk Liga 1. Karena itu,
lanjut dia, kiprah dan profesionalitas Azrul sudah teruji. Dia juga yakin Azrul
bisa berkiprah lebih luas jika berhasil menduduki kursi tertinggi di
pemerintahan.
<
Bagaimana reaksi Azrul? Dia
berterima kasih karena namanya diperhitungkan Gerindra dan PAN. "Saya
tersanjung," ucapnya. Namun, Azrul meminta maaf karena tidak bisa memenuhi
harapan dua partai itu. Dia mengatakan tidak paham dunia politik dan tidak
tertarik untuk berpolitik. Apalagi menjadi calon kepala daerah. Azrul merasa
bahwa dirinya lebih baik menjadi penonton yang berada di luar lingkaran politik
dan pemerintahan.
<
Selain itu, dia menyatakan bahwa
ibunya, Nafsiah Dahlan, tidak setuju jika anak-anaknya berpolitik. Dia tidak
ingin mengecewakan ibunya yang saat ini merasa lega setelah Dahlan Iskan tidak
lagi menjadi bagian dari pemerintah. " Tapi, sekali lagi, saya merasa
tersanjung dan berterima kasih," ujar Azrul sambil menangkupkan dua tangannya.
(*/c16/oni)
<
Story provided by Jawa Pos