APA yang dicari sebuah tim dari turnamen pra musim hampir semuanya sudah didapat Persebaya Surabaya dari Dirgantara Cup. Mulai terujinya organisasi permainan, tekanan mental ketika tertinggal dulu, dampak rotasi pemain, sampai kelemahan yang terbaca saat mengalami kekalahan.
Hampir semua, kecuali satu "bonus" yang masih harus diburu malam ini: gelar. Dalam partai puncak di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Persebaya akan kembali berhadapan dengan lawan yang menundukkannya di laga terakhir fase grup, Cilegon United (4/3).
"Melawan Cilegon United memang tidak mudah. Tapi, setidaknya, kami sudah mengerti alur permainan mereka," kata Iwan Setiawan, pelatih Persebaya.
Bagi tim seperti Persebaya yang empat tahun tidak berkompetisi, bisa membawa pulang gelar dari turnamen pertamanya setelah kembali disahkan PSSI tentu bakal menjadi bonus yang menyenangkan. Akan menggenjot konfidensi seluruh anggota tim.
Juga bisa menjadi bekal berharga untuk menyongsong kancah Liga 2 (dulu Divisi Utama). Plus, semacam reward sepadan atas loyalitas para pendukungnya selama ini. Dan, untuk perubahan kearah profesionalitas yang dilakukan manajemen baru.
Tapi, seperti di katakan Iwan, bonus itu tidak akan dengan mudah di dapat. Sebab, lawan yang dihadapi merupakan tim yang solid dan punya kekuatan mental. Tangguhnya mental Cilegon United terlihat dari gigihnya mereka saat mengejar ketertinggalan dari Persebaya di pertemuan pertama dan kemudian berbalik menang.
Permainan tim polesan Arcan Iurie itu cenderung menunggu kesempatan atau lengahnya lawan. Menurut gelandang Persebaya Rendi Irwan, lini belakang Cilegon United tampil cukup pintar dengan tidak terlalu menjaga ketat pergerakan dirinya dan rekan setim.
Mereka memilih menunggu saat lawan hendak melakukan spekulasi tendangan ke arah gawang dengan cara mengeblok. "Kami harus lebih telaten saat berjumpa mereka (Cilegon United). Jangan sampai terpancing untuk mengikuti permainan mereka seperti di pertandingan di fase grup," ujar Rendi.
Persebaya, lanjut Iwan, juga masih memiliki kelemahan yang kerap muncul, yakni antisipasi lini belakang terhadap umpan silang. Gol pertama Cilegon United oleh Jalwandi di laga fase grup adalah buktinya. Padahal, postur duet bek tengah Syaifuddin-Andri cukup tinggi.
Kabar baik bagi Persebaya, hasil manager meeting tadi malam memutuskan untuk melakukan pemutihan kartu kuning. Otomatis bek kanan Abdul Aziz dan gelandang Oktafianus Fernando yang sempat divonis tak bisa main karena akumulasi bisa turun lagi.
Ovan pun menyatakan gembira mendengar kabar itu. Apalagi, di final hari ini, sang kakak berencana datang untuk menonton. "Nggak lucu kalau ternyata saya tidak jadi main," kata mantan gelandang Persita Tangerang itu.
Dengan bisa bermainnya Aziz dan Ovan, praktis Green Force - julukan Persebaya- bakal turun dengan kekuatan penuh. Itu berbeda dengan ketika mereka kalah 1-2 dari Cilegon United dalam fase grup. Ketika itu, Iwan melakukan rotasi dengan menyimpan sejumlah pilar yang biasa menghuni starting line-up.
Meski demikian, kekalahan di fase grup itu memberikan pelajaran penting kepada Persebaya, terutama terkait dengan koordinasi pertahanan. Hasilnya, di semifinal, Persebaya bisa menundukkan Persibo tiga gol tanpa balas. Dalam laga tersebut, soliditas pertahanan lebih terjaga. Organisasi permainan juga lebih rapi.
Tapi, tentu Arcan Iurie, pelatih Cilegon, juga sudah mengantongi kelebihan dan kekurangan Persebaya. Mantan pelatih Persija Jakarta dan Persib Bandung itu telah pula mewanti-wanti pasukannya agar tak silau dengan kemenangan di pertemuan pertama.
Menurut dia, pertandingan sesungguhnya adalah hari ini. "Kami tidak pernah menargetkan juara di sini (Dirgantara Cup). Namun, bila akhirnya kami bisa menembus final, tidak ada alasan lagi untuk mundur," kata pelatih yang juga pernah membesut Persebaya itu. (io/c19/ttg)
Story provided by Jawa Pos