Selalu ada yang tersenyum setiap kali Persebaya Surabaya menjalani pertandingan kandang di Stadion Gelora Bung Tomo. Karena, di saat bersamaan, roda ekonomi di sekitar stadion yang menjadi markas besar Green Force itu berputar. Atmosfer pedagang kaki lima bergairah, pendapatan mereka bertambah karena perputaran uang hidup, mengalir.
Nur Astuti (50), wanita asal Surabaya itu adalah salah satu pedagang yang mengaku sangat senang dengan adanya laga kandang Persebaya. Sebab, dengan begitu, semua dagangan yang dia jajakan, laris manis dengan untung melimpah. Terutama saat pertandingan pertandingan besar yang disesaki oleh puluhan ribuan penonton seperti saat Persebaya menjamu Barito Putera, Minggu (8/4).
Ibu tiga anak ini menyajikan makanan seperti nasi campur dengan lauk ayam goreng, serta sejumlah makanan ringan lain berupa mie instant. “Saya memang baru berjualan kalau ada Persebaya main. Jadi, sangat bersyukur kalau ada pertandingan kandang seperti ini. Kenapa Persebaya tidak tiap hari saja bermain di kandang,” harap Astuti sambil tersenyum.
Harapan Astuti tersebut tentu tidak bisa terwujud. Sebab, dengan kompetisi yang panjang dan lama, Persebaya hanya kebagian bermain kandang setiap dua pekan. Itu karena format kompetisi menggunakan sistem sekali home dan sekali away.”Kalau Persebaya tidak bertanding, saya hanya diam di rumah. Anak saya tiga sementara suami saya hanya buruh pabrik, jadi ya ini salah satu bantuan untuk menghidupi rumah tangga kami,” beber Astuti.
Di warungnya, selain berjualan makanan, Astuti juga menyediakan minuman dan kopi bagi para Bonek, julukan suporter Persebaya. “Kalau kopi, kebanyakan merek Kapal Api yang cepat sekali habisnya. Rasanya enak dan pas,” terang dia.
Saat di lapangan, Astuti tidak sendirian. Melainkan ada ratusan pedagang lain yang ikut menjajakan dagangan mereka. Ada yang menjual pakaian berupa replika jersey Persebaya, ada juga yang khusus menjual minuman. Semuanya gembira dan senang. Di wajah mereka, tampak wajah dan harapan Persebaya meraih kesuksesan dan kejayaan. (*)_