Meninggalnya Micko Pratama (16) setelah mendukung Persebaya Surabaya mengalahkan PS Tira dengan skor 4-1 dalam laga lanjutan GO-JEK Liga 1 di Bantul, (13/4) lalu, seakan menjadi alarm penting bagi keluarga besar Persebaya. Ya, semua elemen tim dengan julukan Green Force itu langsung berkumpul, merapatkan barisan, berdiskusi bersama mencari solusi.
Difasilitasi oleh Polrestabes Surabaya, manajemen Persebaya, pihak pemerintah Kota Surabaya, dan 25 perwakilan Bonek, julukan suporter Persebaya, menggelar diskusi bersama di kantor Polrestabes Surabaya, Kamis (19/4). Diskusi selama dua jam itu berlangsung gayeng dan melahirkan banyak ide-ide segar sebagai solusi penghentian estafetan.
"Sudah waktunya Bonek naik level dan lebih berkualitas lagi saat mendukung Persebaya dalam pertandingan away. Karena esensi sepak bola itu adalah pesta, jangan sampai diakhiri dengan cerita kesedihan dan duka," kata Presiden Persebaya Azrul Ananda. "Bonek menjadi korban saat mendukung Persebaya, sudah seharusnya tidak lagi terjadi," tegasnya.
Selain itu, dalam diskusi tersebut tercetus keputusan dimana semua pihak bersedia memfilter estafet. Dari pihak bonek atau komunitas memfilter siapa yang ingin estafet untuk nonton atau tidak, dan siap menindak kalau ada bonek atau oknum yang berbuat melanggar.
Dari kiri: Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, Wakapolrestabes Surabaya, AKBP Pratomo Satriawan, dan Presiden Klub Persebaya, Azrul Ananda. (Persebaya)
Sementara dari pihak kepolisian akan memfilter dengan menscreening peserta estafet. Kalau tidak bawa uang untuk menonton akan dihadang untuk diminta kembali pulang. Lalu bersama dari manajemen, komunitas bonek, kepolisian, dan lain-lain akan bersama menyiapkan program tret tet tet yg bisa membuat perjalanan away aman, nyaman, dan mbois.
Pria berusia 40 tahun itu lantas menegaskan, konsep tret-tet-tet yang memang sudah lama menjadi tradisi bonek, harus kembali digalakan. Dan, manajemen Persebaya akan terlibat aktif untuk mengawal keberangkatan away secara bersama-sama itu. Teknisnya, semua komponen dan elemen suporter dipersilahkan untuk menjadi panitia bagi anggota mereka.
"Masing-masing tokoh dan pentolan menyediakan armada bus atau truk dan kami manajemen bersama pemkot dan pihak kepolisian akan mengawal semua armada itu mulai keberangkatan begitu juga dalam perjalanan pulang," kata Azrul. "Jadi, dalam laga away nanti, semua sudah saatnya berangkat dalam kelompok besar dan bersama-sama," sambungnya.
Selain itu, lanjut Azrul, manajemen juga akan mulai mendata dan memberikan kartu anggota kepada Bonek secara masif sebagai bentuk pengidentifikasian setiap suporter secara detil. Setiap bonek akan dibebani biaya pembuatan kartu seringan mungkin. Dan, dana pembuatan kartu itu tidak masuk ke manajemen. Melainkan diperuntukkan bagi kegiatan sosial dan bantuan kepada bonek.
"Jadi, dari Bonek untuk Bonek. Jadi, kalau ada anggota Bonek yang membutuhkan bantuan, ya diambil dari sana (anggaran pembuatan kartu anggota, red). Dan, kita semua sama-sama akan mengawasi penggunaan dana itu. Ada juga wakil dari manajemen, pemerintah kota, kepolisian, dan Bonek yang mengawasi pengunaan anggaran itu bersama-sama," jelasnya.
Mendengar usulan Azrul tersebut, wakil walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana yang juga hadir dalam rapat kordinasi tersebut langsung menyambut positif. Salah satunya terkait penyediaan kartu anggota bonek. Menurut Whisnu, dia akan memfasilitasi kartu tersebut dengan jaminan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan).
"Tambahan jaminan kesehatan ini kami berikan secara gratis. Karena program manajemen Persebaya ini selaras dengan program pemerintah kota Surabaya," ujar pria yang juga ketua Panpel Persebaya itu. "Intinya, mendukung Persebaya dengan cara estafet ini sebaiknya dihentikan, karena gampang disusupi oleh mereka mereka yang tak bertanggung jawab," kata Whisnu.
Di sisi lain, Wakapolrestabes Surabaya, AKBP Pratomo Satriawan menambahkan, mereka siap bekerja sama dengan setiap wilayah kepolisian di daerah lain untuk memaksimalkan pengawalan terhadap Bonek saat mendukung Persebaya dalam pertandingan away. "Saya optimistis bonek saat ini lebih tertib dan mau berubah," ujarnya.
Mewakili Bonek, Andie "Peci" Kristianto sepakat jika sudah waktunya memulai menghilangkan kebiasaan estafetan. (Persebaya)
Nah, konsep menghilangkan tradisi estafet dan menggantikannya dengan tret tet tet itu mendapat sambutan positif dari perwakilan Bonek. Andie "Peci" Kristianto mengatakan, budaya estafet memang tidak bisa dihilangkan secara instan karena kebiasaan yang masih digunakan oleh segelintir bonek itu sudah berlangsung lama.
"Tapi, kalau semua elemen mau memulai dan berani untuk move on (dari estafetan, Red), maka tidak ada yang tidak mungkin," kata dia. "Dan, satu lagi, kami sangat sepakat dengan adanya kartu anggota Bonek. Karena sudah waktunya setiap pribadi yang cinta dengan tim ini, harus terkoneksi dengan Persebaya," tegas dia.
Selain itu, salah satu tokoh Bonek Jogjakarta, Tulus Budi mengungkapkan, mendukung Persebaya dengan cara estafet saat menjalani pertandingan away, sudah waktunya ditinggalkan oleh seluruh Bonek. "Karena lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Sebab, cara estafet ini sangat gampang disusupi oleh mereka pelaku kriminal," sesal Tulus. (*)