Persebaya U-19 melakukan latihan di Hossack Reserve bersama dengan Cris Ola, Direktur Teknik Sepakbola Australia Barat

Ketegangan sempat tampak dari setiap wajah penggawa Persebaya U-19 saat tiba di lapangan sepak bola Hossack Reserve. Kali ini, cuaca dingin dengan suhu 17 derajat celsius yang menusuk tulang tidak lagi menjadi kendala utama. Melainkan, kehadiran Cris Ola, Direktur Teknik Sepak Bola Australia Barat membuat Rifky Afryan Hartono dan kawan kawan nervous.

Wajar, Cris adalah salah satu tokoh olahraga terpenting di Australia Barat karena bertanggung jawab terhadap pembinaan ribuan calon pesepak bola profesional dari salah satu negara bagian di Australia itu. Total ada 40 ribu pemain aktiv dari berbagai usia di Australia Barat yang harus dia jamin kualitas teknik dan performa mereka.

"Saya maklumi kalau mereka (Persebaya U-19, Red) belum bisa menjalankan program yang saya berikan secara total. Mereka masih muda, dan terlihat masih butuh waktu untuk adaptasi," kata Cris. "Tapi, saya melihat mereka adalah anak anak muda yang memiliki skil dan visi bermain sepak bola yang bagus," lanjut pria berusia 52 tahun itu.

Pagi itu, Cris memang sengaja didatangkan untuk memberikan sentuhan teknik langsung kepada penggawa Persebaya U-19. Setelah pemain dan penjaga gawang melakukan pemanasan di bawah arahan asisten pelatih Sony Setiawan dan Dedy Sutanto (pelatih kiper), Cris langsung mengambil alih program latihan.

Sejatinya, apa yan dilakukan oleh Cris tidak rumit. Dia hanya membagi total 18 pemain ke dalam dua tim terpisah. Sementara dua penjaga gawang, Ababil Syahbela dan M. Ulul Arham latihan terpisah di bawah pengawasan Dedy. Nah, para pemain kemudian diinstruksikan menjalani smal game dengan mengutamakan passing, pressing serta gerakan gerakan tanpa bola yang menipu lawan.

Semua program itu mereka jalani dalam kotak berukuran 10 x 15 meter yang dibatasi oleh beberapa marker plastik. "Kami ajarkan mereka untuk bermain kolektiv. Program ini memang sederhana, tapi adalah teknik fundamental dalam sepak bola. Intinya, mereka harus bermain cerdas untuk mengarahkan bola ke gawang lawan," lanjutnya.

Cris menambahkan, dalam sepak bola modern, penguasaan bola memang sangat penting. Tapi, ada hal lain yang jauh lebih penting, yaitu membobol gawang lawan. "Karena memenangkan sebuah pertandingan bukan ditentukan oleh statik jumlah passing sukses atau persentase penguasaan bola. Melainkan, seberapa banyak anda bisa mencetak gol ke gawang lawan," jelasnya.

Selain itu, Cris menambahkan, salah satu kelemahan pemain muda saat ini, termasuk penggawa Persebaya U-19, adalah takut membuat kesalahan."Itu yang membuat mereka sulit berkembang. Padahal, tidak ada pemain hebat yang tidak pernah berbuat salah. Karena menjadi seseorang yang sempurna adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi," ujar Cris.

Pelatih Persebaya U-19, Bejo Sugiantoro mengatakan, apa yang diajarkan oleh Cris tersebut, sejatinya juga sudah mereka terapkan di Surabaya kepada para pemain dalam setiap sesi latihan."Jadi, yang apa yang diberikan oleh Cris, hanya pemantapan saja. Sekaligus, agar anak anak percaya, bahwa metode latihan sepak bola di manapun tetap sama," beber Bejo.

Jiddan Nuur Zaindien, gelandang serang Persebaya U-19 mengakui pernyataan Bejo tersebut. "Iya benar juga, program latihan di Australia juga kami dapatkan di Surabaya. Tapi, dengan latihan tadi, wawasan kami kian terbuka, apalagi dilatih oleh pelatih asing seperti coach Cris," ujar pemain berusia 18 tahun itu. Latihan selama 45 menit itu kemudian ditutup dengan sparing internal antara mereka. (*)

Populer

Flavio Persembahkan Gol untuk Opan
Saling Percaya dan Konfiden, Kunci Persebaya Menang Atas Persija
Gol Flavio-Rashid Bawa Persebaya Comeback
Eksekusi Penalti Gustavo Bikin Persebaya Tertinggal
Siapkan Banyak Strategi, Persebaya Percaya Diri Hadapi Persija
Persebaya U-13 Juara Piala Soeratin U-13 Zona Surabaya, U-15 Runner Up