Panggilan jiwa sebagai ”seorang” Persebaya meluluhkan hati Bejo Sugiantoro. Dengan alasan lisensinya belum sesuai regulasi, pada awalnya dia tidak mau mengisi posisi pelatih caretaker Green Force. Namun, demi Persebaya, dia akhirnya menerima tanggung jawab besar itu. Memimpin Persebaya untuk dua laga ke depan, melawan Persela Lamongan (5/8) dan Barito Putera (12/8).
---
Bejo jelas bukan nama asing bagi pecinta sepak bola Surabaya. Tumbuh di Surabaya. Belajar berlari di Surabaya. Belajar bermain sepak bola di Surabaya. Menjadi bintang sepak bola pun bersama klub kebanggaan Surabaya, Persebaya.
Kini anaknya, Rahmat Irianto, juga menjadi rising star Persebaya. Remaja yang akrab disapa Rian itu melalui semua proses menjadi bintang sepak bola di Surabaya. Sama seperti ayahnya!
Semasa aktif menjadi pemain, Bejo adalah idola, role model, dan kapten Persebaya. Posisi libero tim Merah Putih pendek kata sudah dikapling Bejo kala itu. Hanya karena merasa dianaktirikan oleh PSSI, sejak 2004 dia tidak mau membela timnas. Padahal, kala itu dia sedang hebat-hebatnya, mengantarkan Green Force juara Divisi Utama (kini Liga 1).
Tidak berlebihan jika kemudian Presiden Persebaya Azrul Ananda menunjuk Bejo menjadi caretaker pelatih. Ketika pelatih Angel Alfredo Vera mengundurkan diri seusai kekalahan di kandang Perseru pada Selasa lalu (31/7).
”Berat menerima tugas ini. Tapi panggilan jiwa untuk Persebaya, saya menerimanya,” kata Bejo di mess pemain Persebaya. ”Saya akan mengawal Persebaya dalam dua pertandingan ke depan. Kita harus bangkit,” tandasnya.
Kepada para pemain, Bejo mengajak semua kompak. Semua pemain adalah bagian penting tim. ”Saya adalah pelatih, saudara, kakak, bagi kalian semua. Oke friend....,” pekik Bejo di depan para pemain.
Bejo sebenarnya sudah sejak awal tahun lalu masuk dalam jajaran manajemen Persebaya. Statusnya di tim senior yang berlaga di GO-JEK Liga 1 adalah asisten pelatih. Bejo juga memimpin tim U-19 Persebaya sejak 15 Januari 2018 lalu.
Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bejo menjadi pelatih caretaker. ”Saya bangga, pelatih sekelas Bejo Sugiantoro masih bersedia mendarmabaktikan waktunya untuk Persebaya,” pujinya.
Bagi pesepakbola di Surabaya, bahkan Indonesia, Bejo adalah salah satu panutan. Bintang kala menjadi pemain, dia sukses setelah pensiun. Menjadi pelatih hingga pengusaha ekspedisi.
Sepak bolalah yang mengubah jalan hidup Bejo. Semasa kecil, tiap hari dia membantu orang tuanya mendorong gerobak dagangan ke Taman Hiburan Rakyat (THR) 5 km dari rumahnya. Seperti Arek-Arek Suroboyo lainnya, Bejo juga bermain sepak bola.
Kemampuan sepak bola Bejo lantas dipoles bersama klub internal Persebaya, Indonesia Muda (IM). Kemampuan Bejo berkembang pesat. Bahkan sangat sangat pesat. Dia menjalani debut membela tim senior Persebaya ketika usianya baru 17 tahun.
Bejo juga pernah tercatat sebagai kapten termuda dalam sejarah Persebaya. Namun, rekor itu dipecahkan oleh anaknya sendiri, Rian, yang menjadi kapten Persebaya dalam usia 17 tahun pada uji coba melawan PSIS Semarang pada 12 Maret 2017.
Selama membela Persebaya, Bejo mempersembahkan dua gelar juara kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Yaitu pada 1997 dan 2004.
Kini, tugas berat diemban Bejo. Membawa Persebaya bangkit. ”Saya mengajak semua pemain bertempur sampai titik darah penghabisan,” katanya. ”Saya juga meminta seluruh pecinta Persebaya untuk mendukung dan mendoakan untuk kesuksesan tim kebanggaan kita ini,” tegas Bejo. (*)
Biodata
Nama: Sugiantoro
Panggilan: Bejo
Lahir: 2 April 1977
Orang tua: Mulyadi/Rotin
Istri: Rachmawati
Karier
Pemain
1994 - 2002 Persebaya
2003 - 2004 PSPS Pekanbaru
2004 - 2008 Persebaya
2008 - 2009 Mitra Kukar
2009 - 2010 Persidafon Dafonsoro
2010 - 2011 Deltras Sidoarjo
2011 - 2012 Persidafon Dafonsoro
2012 - 2013 Mojokerto Putra
2013 Persida Sidoarjo
Timnas
1993 - 1994 PSSI Primavera
1997 - 2004 Timnas Indonesia
Pelatih
2015 - 2016 Indonesia Muda (klub internal Persebaya)
2017 Persik Kediri (Liga 2)
2018 Persebaya U-19
2018 Persebaya (caretaker)