Pesona Aksi Inzaghi dan si Kancil Baru
Tak terkalahkan. Dari enam laga, hanya sekali seri. Menjadi bukti ketangguhan Persebaya U-17. Tim besutan Seger Sutrisno itu punya banyak talenta hebat.
---
Porturnya mungil. Namun, kelincahan, kecepatan, dan keuletan membuatnya sulit dihentikan. Aksinya mengolah si kulit bundar kerab mengundang decak kagum penonton di tribun Lapangan Persebaya, Karanggayam, Surabaya. Dia adalah Dicky Kurniawan Arifin, gelandang Persebaya U-17.
Dicky adalah salah seorang talenta muda berbakat yang dimiliki Bajul Ijo cilik. Performa apiknya membawa Persebaya U-17 tak tersentuh kekalahan di fase grup Piala Soeratin U-17 Jawa Timur.
Catatan gol playmaker itu sebenarnya tidak banyak. Hanya dua. Tetapi, pergerakannya yang lincah kerap kali membuka ruang bagi rekan-rekannya. Dicky memiliki daya jelajah, kejelian, dan kecepatan di atas rata-rata. Tidak berlebihan jika kemudian Coach Seger selalu memilihnya tampil sebagai starter.
Skuad Persebaya U-17 saat menang 4-0 melawan Suryanaga Connection di Piala Soeratin U-17 Jawa Timur 2018 di Lapangan Persebaya, Karanggayam, Selasa (7/8) lalu. (Persebaya)
Seger berharap gelandang andalannya itu bisa terus berkembang. “Dicky pemain yang cerdik. Dia kecil dan lincah, jadi harus diasah terus biar semakin istimewa,” tutur pelatih yang juga mantan pemain Persebaya tersebut. "Kepintarannya mengatur ritme permainan, melepaskan umpan-umpan terukur sangat membantu penyerangan tim," imbuhnya.
Pujian itu tak main-main. Acap kali penonton berdecak kagum melihat kepiawaiannya mengolah si kulit bundar. Tak salah kiranya jika Dicky mendapat julukan Si Kancil. Nama julukan yang dulu disandang legenda Green Force, Abdul Kadir.
Sepak terjang Dicky mengingatkan kepada legenda Persebaya era 1960-1970-an tersebut. Pemain yang dijuluki Si Kancil itu dianugerahi kelincahan yang tinggi meski bertubuh mungil, hingga menjadi langganan tim nasional sampai 1979.
Potensi Dicky terasah sejak usia yang sangat muda, yaitu lima tahun. Putera pasangan Samsum Arifin dan Yuliana itu mengawali kiprahnya di dunia sepak bola bersama klub Assyabaab. Dia menimba ilmu selama hampir tujuh tahun. Sebelum akhirnya berpindah ke klub internal Persebaya, Bintang Timur. Bersama Bintang Timur, prestasinya semakin moncer.
“Saya main bola dari TK A. Awalnya di Assyabaab sampai SMP kelas tujuh, lalu pindah ke Bintang Timur sampai sekarang,” jelas Dicky. Ia berhasil membawa timnya memuncaki klasemen sementara Seri A Kompetisi Kapal Api Persebaya 2018. Berkat penampilan apiknya bersama Bintang Timur, tim talent scouting Persebaya U-17 memanggilnya untuk seleksi.
“Saya ingin menjadi pemain sepak bola profesional dan main di Persebaya, seperti Rendi (Irwan). Dia idola saya sejak lama,” imbuh siswa kelas X tersebut. Kapten Persebaya tersebut memang diidolakan Dicky, pasalnya Rendi memilik posisi yang sama dengannya dan sama-sama pernah berkostum Bintang Timur. Bedanya, apabila Dicky bermain sepak bola, maka Rendi bermain futsal.
Selain Dicky, ada dua nama lain yang menarik perhatian, Inzaghi dan David Beckham. Dari namanya jelas, dua pemain junior itu orang tuanya mengidolakan mantan dua pemain top dunia tersebut.
Gelandang Italiano rasa Suroboyo, Fachrul Inzaghi (6), gol yang dilesakkan ke gawang Persema Malang mirip dengan milik pemain Persebaya senior, Rendi Irwan kala melawan Persela Lamongan. (Persebaya)
Fachrul Inzaghi, demikian nama lengkapnya. Tidak seperti Filippo Inzaghi yang berasal dari Italia yang seorang striker, Inzaghi Suroboyo berposisi gelandang bertahan. Pemain kelahiran 26 Januari 2001 ini mencetak gol indah bagi Persebaya U-17 saat membungkam Persema Malang dua gol tanpa balas di Lapangan Persebaya, Karanggayam (8/8). Kapten tim ini mencetak gol mirip dengan milik pemain Persebaya senior, Rendi Irwan kala melawan Persela Lamongan, Minggu (5/8).
“Meski posisinya bukan penyerang seperti Inzaghi bersaudara, melainkan seorang gelandang bertahan, perannya cukup vital bagi kami. Dia bisa memutus aliran serangan lawan, berani berjibaku juga,” beber Seger. (*)